Friday, December 11, 2009

Glasgow Smile

Ah. Finally I am writing on this space again. Been, what, a month?
Wait, let me check.... Yeah, a month, give or take.
Huh. And now I am simply writing what comes to mind.
Yeah so what? This is MY blog, it's up to me what I write here!
Geez, relax. Anything interesting lately?
Ummm.... Right now I am watching Hellboy on TV. I LOVE this movie.
On TV? I don't have a TV in my room!
Yes but I am currently at my grandparents', so....
Oh, lucky me, huh.
Okay, right now I'm confused.
Of course, I'm conversing with myself about things which just pop up into mind.
Which reminds me, about that chemistr
STOP THINKING ABOUT THAT BLOODY CHEMISTRY EXAM!
Okay, okay, sheeesh. Ah, now I remember on Monday I'm going to....
STOP THINKING ABOUT ANY KIND OF EXAMS!
....have a calculus exam. What can I do? I can't help thinking about it.
Bah.
Man, I'd really love to read The Phantom Tollbooth again.
Oh yeah, that book was brilliant. Too bad it's so hard to find.
Ah! I can't keep up with my thoughts. I'm not a speed typist.
I'm just doing this because I can't come up with a decent topic for this post.
Nah, I'm doing this to vent my confusion after the damn exam.
Suddenly Phoenix Wright pops up in my mind. Phoenix Wright. Don't even know how.
Now Peter Griffin comes along.
Wow, when I try to follow what I'm thinking, I get confused myself.
I mean, I am thinking about the fact that I am thinking, and that thought is also in my head, so it's kind of some multilevel thinking or something.
Blows my mind.
Ha ha.
Darth Vader. Wow, that was random.
From a guy who gets confused thinking about his thoughts, what else do you expect?
Comics! Understanding Comics! Scott McCloud!
Damn.
Huh. Ever think how Italians pronounce 'zz' like they have a 't' or 'd' before the z's?
Yeah, like in 'pizza'.
....Actually that's the only Italian word I know which has double z's like that.
Wait, what about.... 'palazzo'?
Is that right? I don't know, I never studied Italian.
Eeeewww. Suddenly my mind jumps to FROG EGGS.
I hate frogs. Not hate, really, just get very, very disgusted if I saw one up close.
Insanity! Insanity!
That reminds me of Soul to Squeeze, that....
....song by Red Hot Chili Peppers, yes. I know.
........
What? You ran out of thoughts?
No, not that, but I simply can't keep track of my own thoughts!
Bah. So? We end it here?

Yeah.

Ciao.

Monday, November 16, 2009

"What's the situation, Captain?"

I don't know what I'm feeling right now, friends.

Is this grief?
Fear?
Pain?
Or simple, plain, pure stupidity?

I don't know what to do.
What I have done, what I am doing, what I will do.

Is this life?
Why is it so?

Hast Thou forsaken me, Lord?
Why am I becoming this way?

Every night, I lay down to sleep in the hope that I will not wake.
Every day, I wake wishing that today will be my last day.

It is not the night I fear.
I can get through the night fine.
It is the morning I dread.

The things I have to do....
The things I have done....
The things I should have done....

Really.
I really wish I could die real soon, Lord.

Friday, October 2, 2009

'Lemon Tree' by Fool's Garden

Ah. I am so happy right now.

Why? What happened?
Truth be told, next to nothing happened.

What I did was simply to go to my grandparents' house, stopping at a bookstore along the way.

See?
This is quite a mundane routine, some might say.

But somehow, I feel happy after I got back from my grandparents'.

Why?

I think it's because of the small, simple pleasures I happen to experience along the way.

For instance, at the bookstore.
The bookstore offered a 15% discount for ALL ITEMS.
And, for purchases above 20,000 IDR, they offer to coat your book with plastic cover. For free.
And the guy at the bag deposit place was real friendly.

Then, at my grandparents'.
Just the usual.
I had a wash. Had dinner. Talked about my studies a bit.

I mean, these things might not seem important enough or significant enough for me to write about, or even remember.
You might not even see what is so nice about them.
But I do remember them.
And simple things like these are what keeps me going through this life.
What makes the tasks ahead seem less impossible.
What makes tomorrow full of happy possibilities.
What keeps worries out of my head.
I just realized it now.

My friends....
I think I am beginning to love this life.

A pity it took me eighteen years to do so.

Monday, September 21, 2009

Piece of cake? No. Easy as pi.

Oh iya, selamat hari raya Idul Fitri buat yang merayakan lho. Gw bukan Muslim, tapi gw ikutan seneng kok libur hahaha.

Kemaren gw ke gereja. Dan, seperti biasa, pikiran menerawang ke mana-mana. Gw kemaren mikirin soal bilangan irasional selama khotbah. Buset gak tuh. Tapi biarlah.

Nah. Bilangan irasional. Apa itu? Dari kata dasar rasio=perbandingan. Jadi bilangan rasional itu adalah bilangan yang bisa dinyatakan sebagai perbandingan 2 bilangan bulat. Misalnya, 0.5 itu kan sama dengan 1/2 (perbandingan 1 dan 2, yang dua-duanya adalah bilangan bulat.) Kalo bilangan irasional? Ya bilangan yang enggak bisa dinyatakan sebagai perbandingan 2 bilangan bulat. Kalo kemaren di kelas kalkulus contoh yang dikasih sih:
Akar 2.
Akar 3.
Pi.

Nah yang terakhir ini kemaren gw pikirin lagi. Pi? Pertama-tama, apa itu pi? Yang gw tau sih pi itu dipake pas nentuin luas dan keliling lingkaran. Pi itu konstanta, nilainya tetap. Kalo buat nyari keliling lingkaran, rumusnya itu
[Pi x diameter lingkaran = keliling lingkaran.]

Tapi dari mana orang dapet angka pi, yang sekarang banyak dipake 3.142 sekian sekian? Menurut gw, orang dapet pi engga lain dan engga bukan adalah ya menghitung perbandingan keliling lingkaran sama diameternya. Kan rumus yang di atas kalo dibalik kan jadi
[Keliling lingkaran/diameter lingkaran = pi.]

Liat ga? Jadi menurut definisi, pi itu perbandingan keliling lingkaran sama diameternya. Jadi? Masak irasional?

Tapi harus diliat, nilai pi ga selalu 3.142 sekian sekian itu lho. Gw ambil satu contoh. Alkitab. Jadi, ini nilai pi-nya orang Ibrani waktu jamannya Raja Salomo.
1 Raja-raja 7:23 (LAI):
'Kemudian dibuatnyalah "laut" tuangan yang sepuluh hasta dari tepi ke tepi, bundar keliling, lima hasta tingginya, dan yang dapat dililit berkeliling oleh tali yang tiga puluh hasta panjangnya.'

Untuk penjelasan, ini waktu Salomo lagi ngebangun Bait Suci, nah ini ada semacam bak gitu buat nampung air, dengan spesifikasi seperti di atas. Kalo diliat, diameternya 10 hasta dan kelilingnya 30 hasta. Jadi menurut Alkitab, nilai pi itu
30/10 = 3.
Bukan 3.142 sekian sekian itu kan?

Tapi mungkin gini. Mungkin ini cuma masalah pengukuran. Mungkin presisi sama akurasi pengukuran mereka belom terlalu bagus. Kemungkinan besar sih begitu. Mungkin sebenernya kelilingnya engga tepat 30 hasta. Mungkin diameternya bukan 10 hasta. Mungkin sebenernya itu bejana engga bunder bener-bener. Ya kan?

Tapiiii, kalo ternyata iya cuma masalah akurasi sama presisi pengukuran, berarti ini masalah ga akan bisa terpecahkan. Kenapa? Karena kita tinggal dalam ruang 3 dimensi. Kalo mau tepat banget, tingkat presisi maksimum, titik pengukurnya harus bener-bener 0 panjang, lebar, sama tingginya. Padahal semua benda yang ada dalam ruang, punya volume dong. Bayangin deh. Kertas setipis apapun pasti masih punya ketebalan kan?

Kalo bukan masalah pengukuran, masalah apa dong? Kita langsung terima jadi aja, "Oh, pi itu 3.142."? Bahkan kalo di SD boleh pake pi = 22/7. Gitu? Mana mau.

Haaah. Matematika itu emang bukan sains sih. Jadi gini deh. Soal apakah pi itu rasional ato irasional? Karena matematika itu bukan sains, biarin aja dewan tinggi matematika memutuskan.

Saturday, September 12, 2009

'Amazing' by Aerosmith

Wonderful.

That's all I can say, girl.

Thy depth, thy maturity.

Wonderful.

I really am nothing compared to you.

Friday, September 11, 2009

'Crazy' by Aerosmith

Ah.

Damn.

Such a blow, such a sudden blow.
I did not expect that at all.
Yes, you said it casually.
But still, the implications....

Is there any hope for me still?
Were you really saying it without really meaning anything?
Am I simply overreacting?
I sure hope so.

This is going to be one of the very few things that I can't forget.
I mean, the timing was damned perfect!
I was planning to say it! Honestly!
But at that precise moment.... You struck.

What shall I do? What CAN I do?

Take my heart back to my cave and crush it with a rock?
I wish I could.
But I can't.

Damned optimism.
This is what confuses me.

Tuesday, August 18, 2009

Gw bingung lagi mau ngasi judul apa. Udah, baca aja.

Oke. Ini gw baru balik dari kampus. Dan gw merasa gw sangat pengen nulis ini, sampe-sampe gw nulis 2 post dalam sehari.

GW, SAKING SERIUSNYA MEMPERHATIKAN DOSEN KALKULUS, DEMAM DI KELAS.

Serius. Tapi maksud gw bukan artinya jelek! Maksud gw, gw saking tertariknya, saking berdebar-debarnya, saking serunya, sampe-sampe kayaknya darah gw itu bergerak dengan sangat cepat, trus jadi panas kan, sehingga gw demam.

Kok bisa gini ya? Gw ga inget pernah ngerasa gini sebelomnya. Padahal cuma ngebahas bermacam-macam bilangan, sama logika.

Di kelas fisika sebelomnya juga. Padahal cuma ngerjain satu soal, ngubah grafik v vs t jadi x vs t. Tapi gw ngerasa tertarik banget. Beda banget sama SMA. Gw kayak jadi anak TK lagi, ngerasa pengen sekolah demi pelajaran itu sendiri.

Trus, yg bikin gw lebih semangat lagi, dosen kalkulusnya bilang gini.
"Kalian selama ini di SMA diajarin matematika dengan pendekatan yang salah. Di sini akan diajarin yang bener."
Gw berharap dengan sepenuh hati dia bener.
Kenapa? Karena gw PAYAH di matematika SMA. Tepatnya, gw payah di SEMUA pelajaran SMA.
Dan sekarang ada harapan bagi gw. Harapan bahwa mungkin gw bisa ngikutin pelajaran di universitas.

The world is such a wonderful place, isn't it?

Lumayan juga ya?

HAHAHAAA!!! Hari ini gw mulai kuliah!

Tadi baru masuk kelas Kimia Dasar sama Academic Writing sih. Tapi lumayan asik ternyata.

Di Kimia.... gw baru inget bahwa selama SMA gw itu HAMPIR SAMA SEKALI GA BELAJAR TENTANG KIMIA. Jadi tadi baru ngulang bilangan oksidasi sama menyetarakan redoks. Dan gw NGE-BLANK. TOTAL. Jadi sementara si dosennya nanya 'jadi yang ini koefisiennya berapa?' yang lain itu pada jawab 'duaaa' terus 'delapaaan', sementara gw cuma nonton dan nyatet sambil mangap dan terbelalak. Betul-betul menyedihkan.

Habis itu ke Academic Writing. Mana pake nyasar dulu lagi, haha. Tapi penjelasannya lumayan asik, biarpun dosennya kayaknya tegas. Dia di hari pertama udah ngasi 2 tugas. Buat dikumpulin minggu depan.

Jadi, kita sampai pada satu pertanyaan. Kenapa gw, yang kimia sama sekali ga ngerti dan perlu ngerjain tugas writing, masih duduk di depan laptop sambil main Restaurant City? Yah santai aja dulu lah. Kan masih minggu depan kan deadline-nya hahaha.

Tapi serius, gw betul-betul ngerasa harus ngerombak pola kegiatan besar-besaran. Dulu gw di SMA pe-er ga pernah dikerjain, di kelas ngobrol, becanda, tidur, dan gw ngerasa kalo gw terusin gw ga bakal selamat. Jadi, gw sekarang minta tolong haha. Kalo lo ada yg tau gw, ingetin yak biar ga males ngerjain tugas. Serius ini perlu dukungan moral dan spiritual yang banyak. Kalo ada yang mau dukung secara finansial, lebih bagus lagi haha.

Oke lah, segitu aja. Gw mau mandi (haha iya gw siang baru mandi, pagi males), ntar jam 2 ada kuliah lagi soalnya sampe jam 6. Kalo misalnya kaga ada kuliah? Kemungkinan besar gw ga mandi hahahah.

MERDEKA! (Sori, telat sehari)

Monday, August 3, 2009

Melempem? Masuk angin? Cih. Kerupuk, Kerupuk.

Uahhh. Hari ini baru daftar ulang buat kuliah lagi.
Dan gw udah mulai tinggal di bandung.

Kok gw ngerasa cemas ya?
Kenapa gw agak-agak takut ya?

Ugh. Payah.

Bahkan gw sampe ga bisa nulis di sini.
Bingung, cemas, takut.
Apa-apaan ini?!

Padahal baru semalem. Kok gw kesepian ya?
Padahal biasanya gw cenderung soliter.
Kalo di kartu tarot, gw itu The Hermit. Kayaknya.
Kok bisa gini??

Ha. Sebal.

Pffft. Udah lah.
Liat aja entar.

Sunday, July 26, 2009

Bingung? Selalu.

Hahahahahaha! Yess gw ketawa lagi! Mari kita manfaatkan kesempatan ini!

Kemaren gw ama temen nonton Public Enemies di Citos. Trus selama nunggu, main di Timezone. Gw trus beli susu. Buat apa? Buat diminum lah! Haha.

Tapi trus temen gw ada yang nyeletuk.
"Eh gw kayaknya pernah baca di mana gitu katanya susu itu ga bagus."
"Ga bagus maksudnya?"
"Yaa ga bagus buat kesehatan."

Habis itu gw ama dia agak berbincang-bincang dikit soal itu. Tapi yang ada di pikiran gw adalah....

Kenapa kita minum susu sapi???

Serius. Sapi ga minum susu kuda toh? Trus kenapa manusia minum susu sapi? Dan susu-susu lainnya juga? Susu kuda, susu kerbau, susu kambing juga diminum kan?

Mungkin ada yang bakal bilang, 'Oh iya, soalnya susu mengandung kalsium bla bla bla bagus untuk tulang bla bla bla bergizi bla bla bla.' Tapi (koreksi aja kalo salah) bukannya manusia minum susu sapi bahkan sebelom kita tau kandungan susu itu sendiri? Dari zaman kapan gitu. Di Alkitab (salah satu sumber sejarah yang paling awal yang gw pernah baca) udah ditulis kok soal susu.

Trus kalo dipikir lebih lanjut ya, sebenernya gw agak heran ngeliat pola makan manusia. Kayaknya segala macem dimakan. Daging dimakan. Taneman juga. Susu juga. Madu juga. Dan ini belom soal makanan yang diolah lho. Masih yang berupa bahan mentah.

Maksud gw gini. Singa, dengan makan daging doang, bisa bertahan hidup. Kuda, biarpun cuma makan rerumputan sama mungkin buah, juga selamat-selamat aja. Dan mereka ga perlu tau bahwa daging mengandung protein apa dan apa atau bahwa buah mengandung sukrosa dan lemak dan lain-lain. Sementara manusia, karena kita 'tau' bahwa segala macem itu mengandung bahan-bahan yang dianggap 'baik' dan 'berguna' untuk tubuh, kita makan itu. Ya kan? Bahkan kita sampe mengekstrak atau mensintesis bahan-bahan yang diperlukan itu dalam keadaan murni. Kayak obat, misalnya.

Jadi, intinya, gw bingung. Sebenernya, makanan alami buat manusia itu apa? Biji-bijiankah? Buahkah? Dagingkah?

Atau, mungkin, kalo diliat dari sudut pandang evolusi (ya, gw percaya evolusi, jadi bagi orang-orang yang percaya bahwa manusia diciptakan untuk menguasai dan mengatur dunia dan segala isinya, maaf aja), mungkin yang terjadi adalah gini: kita, manusia, adalah keturunan dari makhluk-makhluk yang, untuk alasan apapun, terbiasa makan segala macem makanan. Dan mungkin itu yang bikin kita (menurut kita, paling enggak) lebih canggih, lebih mutakhir, lebih kompleks daripada hewan-hewan lainnya. Mungkin begitu.

Dan mungkin masih ada kemungkinan-kemungkinan lain! Hahahahaha! Seru abis.

Wednesday, July 15, 2009

'The Fool on the Hill' by The Beatles

Dammit dammit dammit.

Why all the drama, man?
I thought I was a kook, a freak that would never fall prey to this kind of petty feelings.
Turns out otherwise.

If you have followed me, I think you'd know that I have written some posts on the subject of 'love'.
Truthfully, I am very, very confused about the whole business.

Is it...? Nah, it can't be.... But perhaps...? Is she...? No, I'm not.... Really...?

Do you want to know the truth?

I DON'T WANT TO FEEL THIS KIND OF FEELINGS.

I don't want to fall in love.
I want to be free. Free from all bonds and attachments. Including that of romantic love.

Alas, it had happened. (I think. Read my posts titled 'Futility' and 'Tribute'.)
I wish it hadn't, but it did.

Now I try very hard to forget them and just be friends.
But something always happens to keep me hoping.
Come on. Why can't I just chill about this?

Some days my brain says "you can live without her, dude".
On others, it says "ask her out, man, you know you want to".
But I don't. I don't know what I want. I am still confused.

Sometimes I think I listen to too many love songs.
Sometimes I think I have gone out of the way I had intended to.
But then sometimes I think that it's perfectly fine.

Maybe you'd say that this is okay.
That this is normal. That this is human.
To quote Harry Potter in his agony,
"THEN I DON'T WANT TO BE HUMAN."

Again, I hate this kind of mixed-up feelings.
How many times have I wished for death?
Really, honestly, I would gladly die.

So, John, yes, I suppose I am that fool who plays it cool by making my world colder.
Don't let Jude near me. Heh heh.
Really? Do you think that I am a fool?

I know, this is petty. I know.
I know that other people can handle this. So why can't I?
Why must I torture myself so?
Why must I deny my feelings?

Ah, maybe I think about this too much.
I really want to say 'screw this, I'm going'.

BUT I CAN'T!!! WHY?!

Monday, July 6, 2009

Ehhh.... Ehmmm..... WAAUGH bingung mau ngasih judul apa!

WOOOW.

Gw ternyata udah kehilangan banyak kesempatan reunian sama temen-temen SD.
Enggak menyesal sih. Gw ga mau menyesal. Cuman sayang aja hahaha.
Ugh jadi nostalgia nih yahahaha.

Selain itu, gw kemaren baru mengalami Perjamuan Kudus pertama gw! Wooooo!
Bagi yang gak tau, Perjamuan Kudus itu intinya makan roti (yang menyimbolkan tubuh Yesus) dan minum anggur (sebagai simbol darah Yesus). Yap, kami makan roti dan minum anggur di dalam tempat ibadah hahahaha.
Ehm, sebenernya ga begitu penting sih.
Dan, kalo mau jujur, gw agak-agak gimana gitu. Tidak seperti perkiraan gw haha.

Pertama, rotinya. Dari dulu, dari pas SD pas gw sekolah di sekolah Katolik, gw selalu penasaran setiap Misa, temen-temen gw yang udah komuni maju ke depan, terus dikasih hosti, terus dimakan. Gw penasaran abis tentang HOSTI. Yang gw liat sih kayak benda putih berbentuk kepingan kira-kira seukuran uang logam 100-an yang dulu yang ada gambar gunungan wayangnya. Dan kemaren gw makan itu. Ternyata? Kayak roti yang buat harum manis, cuman lebih padet dan lebih alot. Rasanya? Ya kayak roti harum manis itu. Ga ada. Kira-kira kayak makan kertas tipis lah hahahaha. Lewat aja tanpa terasa.

Kedua, anggurnya. Sangat, sangat, SANGAT tidak sesuai perkiraan. Baunya sih lumayan. Tapi ternyata sama sekali ga keras. Emang sih, cuma satu sloki kecil gitu. Cuman, tetep aja, alkoholnya rasanya dikit banget. Bahkan lebih dikit daripada bir. Yah tapi mungkin sebaiknya begitu ya? Hahaha lucu juga kan kalo abis minum anggur ada yang mabok dalem gereja.

Kerupuk: (minum anggur)
[lima belas menit kemudian]
Kerupuk: (mabok, sambil loncat-loncat ke arah mimbar) "Kalian semua itu kayak kebo tau gak! HAHAHAHAHAH" (lalu pingsan)

Kesimpulan? Kalo mau makan roti dan minum anggur, ga usah ke gereja. Udah rasanya ga jelas, dikit lagi.
Yaaah, tapi gratis sih! HAHAHAHAHA!

Friday, July 3, 2009

Statistics! Probabilities! Chance!

I have promised you that I will tell you about my views on God. Not religions. God.

In this post I shall discuss one aspect of my God.

Firstly, have you watched the movie 'Knowing'? In it, the main character raised a topic. (This is not the exact wording, you see.)

"Is our universe created deliberately? Did some kind of Being created this universe with a certain purpose set?"
"Or is the universe just an accident? One probability amongst millions? Is our being here purely the result of sheer chance?"

What do you think?

I think both might be simultaneously correct, in certain aspects.

Yes, I believe that we were created deliberately by something or someone. Let's call this creator 'God'. So, I believe that God created us.

But just what did God create?

I believe that God created EVERYTHING. It's not the case of 'everything in this universe is created by God'. Rather, 'God created everything, including this universe'.

Can you guess what I'm getting at?

God created EVERYTHING. Every possibility. Everything God can create, God has created.

Do you understand what this means?

It means that we are bound to happen sometime.

So, yes, we are one possibility amongst googols. We are one card in decks of cards. But that doesn't necessarily mean that we are accidents.

To sum it up, God created everything with intent. Including us.

Hey, but this is just my beliefs. I could be wrong.

But I could be right! HAHAHAHAHAHAAAA!!!!



(Forgive me if I'm not clear enough. When I wrote this, I had some difficulties expressing my thoughts into words. So, if you have any questions, please post them as comments. I will do my best to answer them.)

Wednesday, June 24, 2009

A long talk about religions.

I have always been interested in mythology. Since I was just a little kid. I don't know why, but gods have always fascinated me. Ha ha!

I think it all began with Disney's Hercules. It certainly was not the most accurate of the versions of the myth, but it was interesting all the same.

Oh wait, maybe not since Hercules. Maybe it was before. Ha, I remember now, I was religious, nearly a zealot, when I was a kid. I knew quite a lot about the stories in the Bible. For a kid, I mean.

But my point is, those mythologies are once religions too. Maybe they still are, I don't know. And what I've seen is that, I think, the myths/religions tells a lot about the people.

For instance, the Greek gods are pretty weird. They are by no means perfect. Sure, they couldn't die, and have superpowers, but their characters are just about as flawed as that of the humans who worshiped them. For example, Zeus was a womanizer, Hera was very jealous, Ares was a coward. And the stories tell even more weirdness, even more scandalous ones. There were orgies, rapes, incestuous relationships, castrations, cannibalism, slaughters and of course war. Pretty twisted up for divine beings, I think.

The Norse gods are different. They could die. Hey, Baldr did. But they still have superpowers. And their stories are, as far as I know, dominated by warfare. All the male gods are warriors. And there are lots of vicious mythological creatures which are violent in nature. To mention some of them, there are Jormungandr, Fenrir and Hel, which are Loki's children with the giantess Angrboda. This, too, is kind of weird for me, since Loki is a shape-shifter, and Angrboda is, well, a giantess, while Hel is half-woman/half-corpse, Fenrir is a huge wolf, and Jormungandr is a gigantic serpent.

The Aztec deities are unique too. Most of their antics was quite mundane. You know, like using body parts of a dead monster to create the universe and such. But one thing I'd like to say here. The Aztecs practice rituals that are gruesome by modern-day standards. They sacrifice men and women atop high pyramids, and let the sacrificees' (Is it the right word? I don't want to use the word 'victim') blood flow down the stairs and dye the earth red, while the remains (I suppose you can call them 'corpses' or worse, 'carcasses') were eaten. By the people. Oh, and my favorite Aztec god, Xipe Totec. I forgot the story, but in any case, he was flayed (for those of you who doesn't know, it means 'skinned'). And afterwards, he wears his flayed skin. A bit redundant, I think, but it's still pretty cool. The Aztec drawings of their gods are by far my favorite depictions of gods. I personally like drawings of Xipe Totec (of course), Quetzalcoatl and Mictlantecuhtli. Look them up if you're interested.

As for the other gods, I think they are weird too. I mean, some of the Egyptian gods have heads of animals. The Hindu gods mostly have additional appendages. And that's just their appearances. Their characters and exploits are of course far more interesting and fun.

But my point is, again, these myths, these stories, were once (or still are) religions. They are the people's views of gods.

But nowadays, most people seem to believe differently. I am talking, of course, about monotheism. It is as if those gods were integrated into one Being, and that Being was stripped away of the more unwanted traits. Leaving an omnipotent, benevolent Deity.

Do you see what I see? We can see religions evolving through time. At the time of our ape-like ancestors, they were still quite savage and fearsome. Thus, their gods were fearsome spirits too. The Norse are a warlike people, and so are their gods. At Greece, there were diverse cultural practices, hence the various antics of the gods. The Mesoamericans believed in freeing the spirits from their fleshy prisons, so they sacrificed people and eat them, and their gods do so too. The Muslims are, for me, a bit confusing. Allah is both all-condemning and all-forgiving. Some hippies believe that Jesus is a peaceful guy, while Hitler views Him as a persuasive and tough leader.

You see? I see religions as human creations. We shape our own images of God. That is not to say that God is a product of man. I am just saying that we 'understand' God differently, according to our culture and influences upon us. And no one has the right to force his model of God upon another.

And what is my image of God?

That is a story for another time.

Friday, June 19, 2009

Futility

Hi. Once more, I am writing about you.

We did hang out today. With her. Like when at your place.
Had lunch. Watched that movie.
Browsed the bookstores.
I accompanied you to your car.
I had fun.

But once again, you left me feeling confused.
Do I have a chance?
I know, we are going to the same university.
I know that we are friends. Quite close ones, too.
What difference does it make?
What advantage does it give me?

In the movie, there was that line.
I don't remember it exactly. It was only mentioned twice. By Napoleon Bonaparte.
But I think I got the gist of it.
It was about being reluctant to confess for fear of ruining the friendship.
BLAST!
I don't know if you noticed.
I don't know if you felt it too.
Heck, I still don't know whether you know.
But I felt weird. You know, awkward and so.
Very accurate. Straight to the heart.
Exactly my feelings. Precisely my fear.

And you don't even read my blog!

Since when did I become like this?!
Where did that arrogance, that pride go?
Where is that confidence now?

I have always wanted to live free.
Free of fear, free of worries.
Free of attachments.

My dear,
You have successfully conquered me.
You have bound me.

And I,
I really, REALLY wish I could say this to your face.

Love.

Wednesday, June 3, 2009

Millenium Falcon. Judul ini engga ada hubungannya sama isi post ini.

Wow. Wow. Wow.

BOSAAAAAAAN!!!

Ha waktu sekolah gw males banget, pengennya libuuur aja. Sekarang pas libur malah ga tau mau ngapain. Cih. Kenapa begini?? Memang manusia itu susah puas.

Lalu? Ngapain dong gw??? Oke gw akan membahas perbudakan. Buset berat amat ya?

Tapi engga kok. Serius. Ini mungkin lagi terjadi di lingkungan lo, bahkan mungkin di rumah lo sendiri. Mungkin, lho.

Gw kemaren ke tempat sepupu gw. Anak cewek, masih kecil sih, palingan juga SD kelas 5 ato 6. (Oke gw tau gw bukan sepupu yang baik, umur sepupu sendiri lupa.) Sebut aja namanya Arwen (oke mungkin agak berlebihan buat nama samaran, tapi ya sudahlah). Nah dia kan ada pembantu rumah tangga-selanjutnya kita sebut PRT biar hemat tempat dan tenaga gw ngetik-sama kayak sebagian besar keluarga di Jakarta lah. Nah gw ngeliatnya itu, kayaknya dia kalo mau sesuatu itu nyuruh PRT itu. Nyuruh, merintah, gitu. Bukan minta tolong.

Dan ibunya juga sama! Ibunya kalo ngomong ke si PRT itu ngomongnya "Ani (nama samaran juga)! Kamu siapin tasnya Arwen ya!" Trus, kalo si PRT ini bikin salah, marahnya itu...gimana ya? Marah yang kayak merendahkan gitu, bukan marah yang konstruktif gitu lho. Trus kalo ketemu ibunya, yang mana adalah nenek gw sendiri, kalo ngomongin soal PRT juga pasti dengan nada yang engga enak, seakan-akan PRT itu engga melakukan kewajibannya sebagaimana mestinya. Engga berkelakuan sesuai statusnya sebagai PRT, gitu.

Pendeknya, mereka memperlakukan PRT seakan-akan PRT itu tergolong dalam kelas sosial yang lebih rendah dibanding mereka. Dan gw ngeliat ini sebagai perbudakan. Biarpun digaji, tapi kalo diperlakukan kayak gitu, gw rasa sama aja kayak budak.

Yah tapi mungkin emang peradaban begitu kali ya? Kalo kita liat film 300, kan ada yang bagian si Leonidas nanya "What is your profession?" Orang-orang Arkadia-nya jawab pandai besi lah, pematung lah, penjunan lah. Kalo orang Sparta? "Auuugh! Auuugh! Auuugh!" yang maksudnya adalah mereka itu profesinya emang sebagai prajurit. Dan apa yang memungkinkan mereka fokus dalam profesi mereka sebagai prajurit? Budak. Budak lho. Para orang Sparta itu udah hidupnya udah diurusin sama para budak, jadi ada waktu luang untuk meningkatkan diri di bidang macem-macem. Latihan perang lah, ke sekolah lah, dan sebagainya. Dan ini engga berubah sampe sekarang.

Ngerti engga? Gw ngeliatnya itu, demi satu orang supaya bisa mencapai seluruh potensinya, perlu beberapa orang untuk ngurusin kebutuhannya. Dan menurut gw ini masalah. Jadinya cuma sebagian kecil manusia yang bisa makmur.

Jadi apa solusinya? Kalo menurut pandangan gw yang idealis dan mungkin kelewat utopis, ya semua orang mikirin dirinya sendiri. Tapi ini engga akan berhasil selama masih ada perusahaan sama pemerintahan sama birokrasi. Sistem kayak gitu pasti selalu menang. Jadi, menurut gw, idealnya itu, semua hidup dengan damai dengan alam. Kalo perlu makan, metik buah ato berburu, tapi jangan bertani! Jadi, gw sebenernya mau kita balik jadi hunter-gatherer. Soalnya kayaknya itu yang paling damai dan alami.

Yah, tapi, sekali lagi, ini utopia gw. Kemungkinan besar ga akan tercapai sih. Dan gw rasa juga kayaknya dikit orang yang mau.

Mungkin suatu hari gw bakal bikin komik soal ini. Jadi, gw minta dengan sangat, jangan curi ide saya! Yahahahahaha!!!

Thursday, May 21, 2009

God?

There are many fish
Living in a vast ocean
Searching for water

Wednesday, May 20, 2009

Tribute

HA!

Finally.
I confessed, right? Ha ha.
Well, maybe to you it didn't matter. Much.
You knew it already, after all.
But to me, whoa. Another enormous burden, gone.

I did not do myself justice that day.
In the words of the Gallaghers,
"There are many things that I would like to say to you,
but I don't know how."
This is one effort to say those things.
Hope you read this.

You asked, what made me, you know,
fall for you.
To tell the truth, well, I still don't know for sure.
But I answered (rather jokingly),
that you were handsome, kind, and funny.
We laughed, I know.
But that's true. Really.
You are kind. And funny.
And, in my eyes, yes, you are beautiful.

I wonder, how did you know of my feelings?
Was it very obvious? I hope not.
Was it because I have been quiet to you?
Was it because of that Krispy Kreme I nearly bought for you?
Was it because that time when I kept you company
while waiting for your car?
Shucks. I'll ask you the next time you're online.

As you know, I did not ask you to be my girlfriend.
One reason, as I told you, was that there was another woman.
Or rather, that you were the other woman. Ha ha.
Another reason was, well,
I know that you already have that crush on that guy.
(As if anyone in our class hadn't known that yet.)
And, call me a hopeless romantic, but
I'd rather you get him than I get you. Get it? Ha ha.
And the last reason was that
I thought I wouldn't be able to be a good companion to you.
I couldn't make you laugh like he does so easily everyday.
I couldn't talk to you about all those interesting stuff you like.
Heck, I couldn't even make fun of you like they do.
(Although for this one I am not sorry.)

So? What next?
I know I confessed. And I said I wasn't going to make you my girlfriend.
But who knows? My mind changes a lot.
What am I going to do in the future? I don't know.
But this I know:
You will never be 'just a friend' to me.
You have somehow made yourself special to me.
And that is quite an extraordinary accomplishment.

Remember. You are special. If to no one else, to me you are.

Thursday, May 14, 2009

Tyler Durden

Kemaren gw nonton Fight Club lagi. Gila. Maksudnya, beneran gila. Gak waras. Psychotic. Pernah nonton? Gw gak mau spoiler, ceritanya emang gila, aneh, disturbing lah. Model yang gw suka gitu. Siap-siap. Dan kalo bisa jangan nonton sama orang tua. Ntar bisa kacau.

Tapi intinya, di film itu ada karakter yang punya semacem MPD (Multiple Personality Disorder) gitu. Kepribadian ganda, tau kan? Jadi orang itu gak sadar kalo dia berbuat kejahatan, misalnya, karena waktu itu yang muncul bukan dia, tapi kepribadiannya yang lain. Pokoknya kayak gitu. Dan ini menarik banget buat gw.

Soal MPD, gw harus ngomong soal Billy Milligan. Ada bukunya terbitan Qanita judulnya 24 Wajah Billy. Bukan fiksi lho. Ini orang punya 24 kepribadian yang beda-beda. Ada yang jenius, ada yang nyeni, ada yang religius, ada yang jago berantem, macem-macem deh.

Tapi yang bikin ini menarik (buat gw) sebenernya bukan banyaknya kepribadiannya. Emang, 24 itu banyak banget. Tapi yang lebih menarik lagi, si Billy ini berusaha menggabungkan, mengintegrasi semua kepribadiannya yang bikin kacau itu. Jadi, sebenernya, ada satu Billy, tapi kepribadiannya dipecah jadi 23, trus totalnya 24 deh. Kira-kira kayak Dr. Jekyll and Mr Hyde, tapi jauh lebih banyak dan ribet. Dan kenapa kepribadiannya bisa sampe pecah? Karena dia mengalami trauma parah. Pokoknya banyak masalah.

Jadi, menurut Billy, dia kepribadiannya bisa pecah, kepisah-pisah gitu adalah bentuk perlindungan diri. Jadi, misalnya, waktu ketemu orang jahat, kepribadian yang kuat secara fisik yang ngontrol. Waktu perlu bikin rencana, kepribadian yang pinter ambil alih. Begitu. Ada kemiripan sama Voldemort yang bikin Horcrux sih menurut gw. Jadi intinya, dirinya dipecah biar kalo satu bagian diserang, yang lain gak ikut kena dampak buruknya.

Tapi, setelah gw pikir-pikir, kayaknya gw juga melakukan yang kayak gitu. Bukan sampe kepecah sih, tapi kalo menghadapi bonyok, misalnya, gw jadi sopan. Kalo lagi sama temen, gw bisa dibilang rusak secara moral. Apalagi kalo gw lagi sendirian. Hahaha. Tapi bener gak? Waktu kita berhadapan dengan situasi tertentu, ada sifat-sifat dan sikap-sikap kita yang kita pendam, dan ada yang kita keluarin. Menurut gw ini ada hubungannya sama MPD. Mungkin MPD itu kayak gitu, cuman dalam tingkat yang lebih parah.

Di dalem bukunya, konflik utamanya itu perjuangan Billy untuk menjadi terintegrasi kembali. Untuk menggabungkan kepribadian-kepribadian itu. Gw juga mau kayak gitu. Gw mau jadi orang yang gak berubah sifatnya biarpun berhadapan sama siapapun, bonyok kek, temen kek, presiden kek. Mungkin itu ya yang namanya integritas? Haha.

Tapiiiii.... Susah kayaknya.

"Only after you have lost everything, that you are free to do anything." -Tyler Durden-

Monday, May 11, 2009

Apa ini? Kok kaga seru?

Hahahaha. Kenapa gw ketawa? Biasa, gw juga kaga tau alesannya.

Minggu lalu gw ama temen-temen baru ujian praktik. (Haha gw bahkan nulisnya praktik, bukan praktek.) Nah yang bikin anak-anak pada tegang tuh kayaknya praktik yang sains, tau kan, fisika-kimia-biologi. Entah kenapa.

Tapi abis ujiannya, gw sempet ngobrol sama temen. Lupa, persisnya gimana. Tapi intinya, kami diskusiin apa yang harusnya ditulis di bagian 'Tujuan Pengamatan'. Gw sambil ketawa-ketawa bilang "Harusnya ditulis : 'Supaya dapat nilai praktik biar bisa lulus SMA.'" Hahaha.

Tapi terus gw mikir. Iya, gw ama temen-temen bikin percobaan buat dapet nilai. Tapi gimana dengan orang-orang itu, yang percobaannya kita tiru? Buat apa mereka repot-repot nyiapin segala macem perlengkapan buat, misalnya, mengetahui apakah larutan X memiliki kandungan glukosa? Masa gara-gara disuruh bos?

Bos: Hey kau buat percobaan bla bla bla.
Ilmuwan: Buat apa Pak?
Bos: Buat anak-anak di masa depan biar ada bahan ngajar buat guru.

Engga kan? Trus kenapa mereka mau?

Gw rasa, mereka mau karena emang pengin tau. Jadi, ga ada yang nyuruh, mereka sendiri yang penasaran. Sekarang gw ngebayangin, kalo bikin eksperimen kayak gitu, buat memuaskan rasa ingin tahu sendiri, pasti jauh lebih asik rasanya dibanding kalo karena disuruh ato cuma buat ngikutin kurikulum kan?

Jadi, menurut gw, hakikat sains itu adalah BERSENANG-SENANG. Fun, maksudnya. Kita kan enggak harus melakukan penelitian kan? Tanpa tau bahwa nasi punya kandungan glukosa pun kita bisa bertahan idup dengan makan itu nasi kan? Jadi, sains itu sebenernya engga perlu. Lalu kok dilakukan? Ya itu tadi. Karena ASIK. Karena SERU.

Sayangnya, kayaknya gw ga pernah denger yang kayak gini di sekolahan. Entah gimana caranya, kurikulum Indonesia (yang gw tau) berhasil bikin sains jadi bahan hafalan yang ga seru. Maksudnya, gw dulu pas kecil ngebayangin kayaknya keren banget di dalem laboratorium pake jas putih, goggle, sama sarung tangan, ngaduk-ngaduk ramuan warna-warni yang bikin asep-asep keren kalo dicampur. Pas gw masuk SMA, pertama kalinya gw ketemu sama yang namanya kimia, bayangan gw tadi engga ada sama sekali. Gw jadi gak suka kimia. Pelajaran lain juga gitu. Fisika, misalnya, pas SMP gw ketemu guru fisika yang ngajarnya cuma nyuruh kita nyatet dan ngafalin rumus. Cih. Sekali lagi, kurikulum Indonesia berhasil bikin sains jadi engga seru.

Jangan salah. Gini-gini, gw masih suka sains. Gw masih menganggep nyampur-nyampur cairan warna-warni itu keren. Gw masih nganggep nyambung-nyambung kabel sampe lampunya bisa nyala itu seru. Gw gak sukanya pas gw tanya, "Pak ini kita belajar ini buat apa pak?" gurunya jawabnya ga memuaskan, kayak "Ya emang ada di kurikulum" ato "Biar kamu bisa lulus UAN lah" ato semacemnya.

Mungkin ini agak beda bahasannya, tapi menurut gw ini nyambung. Waktu itu gw pernah ngobrol sama temen di tempat les, sebut aja namanya Keira. Nama samaran kok.

Kerupuk: Kenapa ya di Indonesia fakultas MIPA terkesan gak populer? Kayak gak kepake gitu?
Keira: Karena emang yang diperlukan sekarang terapan.
Kerupuk: Oh iya ya negara berkembang.
Keira: Iya.

Hmmm. Memang. Sains itu sekarang buat apa? Buat ngejalanin mesin-mesin di pabrik dan di pembangkit listrik biar orang-orang bisa idup. Pendeknya, Indonesia masih belom bisa ngejamin rakyatnya. Kita semua masih memikirkan gimana bertahan hidup, jadi ga ada waktu buat rekreasi, buat belajar sesuatu yang asik. Jadi, sains hanya sebagai alat cari duit.

Tapi Indonesia masih muda kok. Gw punya harapan besar.

Atau mungkin gw cuma seorang optimis bego?

Wednesday, April 29, 2009

"No, mate. I'm free forever." (Captain Jack Sparrow)

Hehehehe inget post gw yang judulnya "'Losing My Religion' by REM"? Yah pada akhirnya gw memutuskan untuk ikut sidi. Dalam beberapa minggu lagi gw udah akan resmi menjadi seorang Kristen. Seperti yang diinginkan orang tua gw dari waktu gw dibaptis. Haha!

Tapi pandangan gw masih sama kayak waktu itu sih. Orang bisa aja ngaku Kristen dan tetap korupsi. Ada juga kan ateis yang baik yang bener-bener mikirin sesama. Kadang gw malah mikirnya agama engga penting. Gimana dong? Hahaha gw jalanin aja lah dulu.

In other news, my Facebook account was disabled. The account was deactivated. In short, I'm off Facebook. Don't know why, don't know how. Tiba-tiba aja gitu. Padahal tadi siang masih biasa aja. Terus abis itu gw pengen pindah page. Terus tiba-tiba disuruh login. Gw pikir 'ah paling gara-gara disco (istilah guru gw yang sekarang gw pake untuk nyebut disconnect)' jadinya gw ketik password gw. Eh taunya ditulis "Your account has been disabled. If you have any questions or concerns, you can visit our FAQ here." dengan link ke FAQ mereka. Hahaha agak kaget juga tuh tadi siang. Tapi sebelom gw bikin account Facebook toh gw juga seneng-seneng aja kan? Haha! I can live without you, Facebook. Gw males bikin account lagi, add friend yang dulu lagi, dan terutama, mainin Pet Society sampe level 15 lagi. Lama tau. Jadi lo pada yang baca blog ini dan TAU account Facebook gw, jangan heran. Emang udah ilang itu account kok. Haha!

So? Back to the old, simple me. Kepemilikan itu mengikat. Ikatan itu membatasi. Batasan itu enggak seru. Yaaah itu menurut gw sih.

Monday, April 13, 2009

'All Out Of Love' by Air Supply

Ha ha. Like my friends, I am at last writing about my dream.

I had the dream about a week ago.
It was about me shooting myself in the head.
I died. But that wasn't the end of the dream.
After I died, I met somebody I never met before.
But I felt like I knew him.

He said "Wow."
"You committed suicide. No way you're going to heaven."
"You have to go back to Earth. You're going to have to be reborn."
"But for a dead man to come back to life...."
"It's going to be painful."

After that I found myself standing in a corridor. Quite a wide one.
I walked through the corridor. I knew I had to.
At the end, I came to a door. I opened the door.

Then I woke up.

What does that mean? I don't know.

But two days later my grandpa died.

Coincidence? Fate? Does it even have a connection?
Who the heck knows?

What I know is my grandpa died.
Right before the results of the test came out.
Guess what? I got accepted. Phew.

This was really something for me.
You see, I was not very close with my grandpa.
I can only remember two moments with him.
One was when I was 7 years old.
He would pick me up from school every Friday.
Then we would go to the post office.
He would bought me a slice of pizza from a vendor at the door.
And I can't remember whether I ever thanked him or not.

The other was when I was a bit older.
Me and my cousins were playing a round of minigolf.
He was watching.
At a particular hole, I made mistakes. I got impatient.
It took me 7 strokes to get the ball in. I was kind of mad.
He was a bit cross too.
"Fool," he said. (Well maybe not that harsh, but that's what I remember.)

In short, I always kind of thought of myself as a disappointment to him.
I mean, really, I wasted my time at school.
At home, I never study. I am not a very decent person, too.
I stole things. I cheated. I blasphemed.
All these years, I always felt like I am unworthy of becoming the man's grandson.

But the night my grandpa died, my grandma suddenly said this.
"Yes, he was never disappointed in his children. He was proud of you all."
"His grandchildren too. No one was a disappointment."
Later she said to me what he said a few days before.
"He said, 'Yes, of course he will get accepted.'"
"He always knew it."
"He had no doubts about you."

Wow.
Wow.
Wow.
It seems that, in his eyes,
I am not such a wretch like I thought after all.
Suddenly a MASSIVE burden was lifted from my mind.
Suddenly I was able to think good of myself.
Suddenly I had a kind of a new purpose in my life.

Life... is MAGNIFICENT.

Sunday, April 5, 2009

This is a work of fiction.

Once, there was a house.

One person looked at the house. He doesn't want to enter. So he walked away.

Another person came to the house. He wanted to enter, but he saw the door was closed. So he sneaked to the back, climbed up to the second floor, then entered through the window.

Yet another person came. He, too, wanted to enter the house. So he came to the door and knocked. The master of the house opened the door for him and welcomed him in. Then he entered.

One last person came to the house. He saw the closed door. He came up to the door. He opened the door himself, and entered the house. The house was his all along.

Wednesday, March 25, 2009

'Losing My Religion' by REM

Hehehe, ada temen gw yang merenungkan masalah agama juga. Soal Adam-Hawa dihukum Tuhan. Itu topiknya menarik lho.

Gw juga lagi ada masalah dikit sama agama. Jadi gini, gw dibesarkan dalam keluarga Kristen Protestan. Tapi, sekarang, gw berpikir agama itu engga penting. Kenapa? Ayo sini gw coba jelasin.

Menurut gw, tiap orang harusnya punya pemikiran sendiri-sendiri. Harusnya. Jadi, harusnya, tiap orang ada agama sendiri (Jumlah agama : Jumlah orang = 1 : 1). Ya enggak? Maksudnya, coba kita bayangin orang primitif, pas muncul agama/kepercayaan pertama. Mungkin lebih tepat kalo disebut 'saat pertama manusia mulai memikirkan sesuatu selain yang kasatmata.' Menurut gw, tiap orang bertanya-tanya sendiri. Dan masing-masing mikir jawabannya sendiri. Intinya, tiap orang punya pandangan mereka sendiri, ide-ide mereka sendiri, agama mereka sendiri.

Tapi terus kenapa agama di Bumi cuma sekian? Apalagi di Indonesia, dikit banget kan yang diakuin?

Menurut gw begini. Tiap orang punya agama sendiri, bener. Tapi dari semua pemikiran itu, biarpun semuanya unik, mereka bisa digolongin berdasarkan sesuatu, ada kemiripan di antara mereka. Jadilah kelompok orang beragama. Gw rasa itu engga jelek. Kan jadinya kayak semacem klub gitu kan, kayak Order 66, komunitas penggemar Star Wars di Jakarta. Tapi yang menurut gw jadi masalah adalah kalo kita engga mikir dulu, dan langsung ikut kelompok agama tertentu tanpa sebelomnya punya sudut pandang sendiri. Kalo udah gini, jadinya agama mengontrol manusia, dan muncul orang-orang fundamentalis. Ekstremis. Fanatis berlebihan.

Oke, agak kejauhan. Balik lagi. Jadi, masalah gw apa?

Dalam agama Kristen, ada yang namanya sidi. Itu intinya adalah pengakuan percaya terhadap iman Kristen. Kalo udah sidi, jadilah kita Kristen resmi. Mungkin kalo di Islam kayak ngucapin kalimat syahadat lah ya? Ya gitu lah. Lalu masalahnya?

GW BELOM MAU MENGAKU PERCAYA. GW GA MAU MASUK KE SATU AGAMA TERTENTU.

Kayak yang gw bilang di atas, gw nganggep agama itu engga penting. Yang penting adalah pemikiran, filosofi, ideologi gw sendiri untuk diterapkan dalam hidup gw sendiri. Ya, mungkin itu sih yang dimaksud dengan agama. Tapi maksud gw, gw ga mau ikut-ikutan orang, apalagi untuk hal yang krusial banget sama hidup gw. Mungkin gw bukan orang beragama, tapi gw bertuhan. Dan itu perlu dibedain.

Yaah, kalo cuma gitu mungkin engga ada masalah ya. Masalahnya adalah sama orangtua gw. Mereka (jelas) engga mau gw jadi orang non-Kristen. Dan gw gak bisa jelasin semua ini tanpa bikin mereka marah atau sedih. Soalnya ini emang bertentangan banget sama pemikiran mereka.

Wow udah malem. Ngantuk juga ya. Mungkin ini gw lanjutin lagi beberapa hari lagi. Iya, sori, masih ada lagi. Tapi engga banyak kok. Gw rasa ga akan sepanjang ini, tinggal dikit lagi yang mau dibahas. Dan emang fokus pembicaraannya agak beda, biarpun masih nyambung, jadi gw pisah aja. He he.

May The Force be with you.

Thursday, March 19, 2009

A Joke I Like

I read this joke some time ago and, as the title above says, I like it.


A : I love you so much.

B : By 'much', do you mean its length, height, depth, volume, quantity, variety, frequency, duration or intensity?



Make of it what you will.

Monday, March 2, 2009

Angin-anginan

Hmmmm.

Gw lagi mikirin beberapa hal tentang udara.

1. Pernah ngamatin gak, kalo lo tiup tangan lo dengan lafal 'fuuuuuuh' (ngerti gak?) rasanya dingin, tapi kalo pake lafal 'haaaaaaaah' rasanya panas/anget? Harusnya kan temperatur udara di mulut pada kedua kasus tersebut sama kan?

2. Pasti pernah dong, ngerasa kepanasan di siang hari yang terik dalam suatu ruangan? Panasnya sampe udara juga panas, bukan cuma karena kena matahari. Orang kalo kepanasan pasti suka kipas-kipas kan? Tapi sebenernya ngipas itu sendiri apa? Intinya kan menggerakkan udara ke arah kita. Tapi kenapa rasanya dingin, padahal udaranya itu-itu aja kan? Malah, karena udaranya kita gerakin, bukannya kita nambahin energi? Harusnya tambah panas kan?

3. Kemaren gw, nyokap gw, ama adek gw makan di restorannya Ray A. Kroc. Kalo ga tau cari di Wikipedia sana. Nah abis makan gw cuci tangan (sebelom makan gw kaga cuci tangan, he he). Di sana ada pengering tangan yang kerjaannya ngeluarin udara panas. Tau kan, yang lo taro tangan lo di bawah mesinnya, terus entar kering sendiri. Nah itu cara ngeringinnya gimana? Apa cuma ditiup aja, terus airnya terbang? Ato airnya dipanasin sampe menguap? Tapi bukannya air menguap pada suhu seratus derajat Celsius*? Apa bener tuh tangan kita dipanasin sampe segitu? Tapi kalo ternyata cuma ditiup, kenapa anginnya harus panas (dan sebenernya, kenapa harus pake mesin segala)?

Ada yang bisa membantu? He he.

Nuts.

Thursday, February 26, 2009

Links

Tau gak, kalo lagi bosen, gw suka buka Wikipedia, terus mulai dari satu topik, terus klik berbagai macem link. Misalnya, tadi, gw mulai dari page tentang Rod Stewart. Sekarang gw lagi ngeliat tentang respirasi selular. Gimana tuh nyambungnya?

Rod Stewart. Chuck Berry. Back to the Future. Grandfather Paradox. The Chicken or the Egg. Creationism. Evolutionism. Palaeontology. Biology. Respiration.

Gitu lah kira-kira. Itu sangat sangat dipersingkat, sebenernya tadi juga ngeliat tentang evolusi, Isaac Asimov, bilangan nol, dll. Pembahasan tentang nol itu menarik banget lho, ada teorema-teorema tentang kenapa nol itu genap, kenapa nol itu bilangan real sekaligus imajiner, dsb. Serius. Kalo tertarik cek aja sana di Wikipedia.

Anyway, gw jadi inget waktu itu sempet diskusi sama temen. Udah lupa gimana diskusinya, tapi intinya temen itu bilang kalo cabang sains yang paling mendasar itu kimia, setelah ngeliat Siklus Krebs yang isinya (kayak post gw yang sebelomnya) cuma atom-atom yang muter-muter. Pendapat itu gw debat. Gw bilang yang paling mendasar itu fisika, soal gaya tarik, muatan, gaya magnet, dsb. Inti debatnya kayak gitu.

Mau penjelasan? Emang bener, kimia itu lebih mendasar daripada biologi. Tapi gimana dengan yang terjadi dalam atom itu sendiri? Energi yang mengikat proton, neutron, dan elektron? Pernah denger tentang quark, meson, neutrino gak? Mereka itu partikel-partikel yang lebih fundamental daripada proton-neutron-elektron. Itu bahasannya dalam fisika nuklir. FISIKA nuklir, man.

Tapi, gw rasa klasifikasi gini bisa menyesatkan. Bukannya salah, tapi pemahaman yang setengah-setengah tentang ini bisa menyesatkan. Kalo ada yang membagi-bagi sains ke dalem kategori-kategori yang definitif dan spesifik kayak gini, nanti bisa bingung. Misalnya, kayak yang tadi. Siklus Krebs. Mungkin nanti dia bisa bilang, "Kok ada elektron-elektron segala sih? Ini kan biologi, bukan kimia!"

Menurut gw ilmu itu kayak gini. Mulai dari fisika nuklir yang tadi, terus meluas ke interaksi antaratom (kimia), terus lebih rumit lagi, ke makhluk hidup (biologi). Itu gambaran besarnya menurut gw. Sisanya (astronomi, geologi, oseanografi, misalnya) cuma turunan dan aplikasi ilmu dasar tadi, ditambah logika dalam bentuk matematika.

Jadi, menurut gw, semua ilmu itu sebenernya berhubungan, dan sebenernya gak bisa dipisah-pisahin, kecuali masih dalam tingkat sederhana. Gw rasa sekarang udah gak dikit yang berpendapat kayak gini. Contohnya ya misalnya, ujian IPA terpadu* yang ada di SIMAK UI**. Yang penting itu gimana kita menggabungkan semuanya.




*Menurut gw, adanya soal-soal IPA terpadu itu pertanda bagus. Ada usaha, gitu, untuk bikin murid sadar kalo semua ilmu itu berhubungan dan akarnya sama. Sayangnya, menurut gw soal-soal IPA terpadu yang gw liat selama ini kayaknya kurang berkualitas. Hampir ga ada bedanya sama soal fisika-kimia-biologi yang biasa, selain bahwa fakta-fakta yang diketahui disembunyiin dalam wacana. Akhirnya IPA terpadu cuma bikin soal-soal fisika, kimia, dan biologi dari satu wacana. Gw ngerasanya malah bukan IPA terpadu, justru sebaliknya, mecah-mecahin satu fenomena ke dalam 3 bidang. Tapi mungkin kalo bener-bener IPA terpadu, yang ngetes pemahaman siswa tentang sains dan aplikasinya dalam hidup sehari-hari, soalnya harus dalam bentuk uraian ya. Dan kayaknya Indonesia belom siap untuk itu.

**Bagi yang ikutan, semoga berhasil, tapi jangan kebanyakan latihan soal, nanti lo pada cuma jadi kayak kalkulator aja, jago identifikasi soal, pake rumus, tapi engga ngerti hakikat sains itu sendiri.

Saturday, February 21, 2009

Thoughts about Dust. Nothing to do with Counter-Strike.

YAAAAAAA!

I'm back.

Sekarang mau membahas lagu "Dust in the Wind" oleh Kansas.

Ini lagu menurut gw keren banget. Gw rasa sebagian besar dari lo juga udah pernah denger.

"I close my eyes, only for a moment, and the moment's gone.
"All my dreams passed before my eyes, a curiosity.
"Dust in the wind, all we are is dust in the wind."

"Same old song, just a drop of water in an endless sea.
"All we do crumble to the ground though we refuse to see.
"Dust in the wind, all we are is dust in the wind."

"Now, don't hang on, nothing lasts forever but the earth and sky.

"It slips away, and all your money wouldn't another minute buy.

"Dust in the wind, all we are is dust in the wind,

"Dust in the wind, everything is dust in the wind."


Mungkin lo ada yang gak suka. Gak sudi gitu, dibilang kalo semuanya itu cuma debu. Tapi gw rasa ini emang kenyataan, bahkan mungkin agak harafiah.

Salah gak kalo gw bilang manusia dibikin dari bahan yang sama dengan debu?
Banyak orang yang merasa tersinggung dibilang berkerabat sama monyet.
Tapi kalo kita lupain evolusi sejenak,
terus liat aspek kimiawinya,
bahan dasarnya kan sama-sama protein.

Kalo sama benda yang (setau kita) engga hidup gimana?
Sama meja, misalnya?
Semakin jauh gw amatin, gw jadi mikir
Bahwa semua ini kan dibikin dari proton, neutron sama elektron?
(Juga partikel-partikel yang bahkan lebih kecil dari mereka.)

Ya kan?
Berarti, kita ini cuma partikel-partikel materi yang kerjaannya cuma muter-muter, nabrak-nabrak, dan tuker tempat kan?
Terus apa artinya kita?
Apa bedanya kita sama debu?

Menurut gw (seperti di beberapa post sebelomnya),
Opini kita, pandangan kita yang membedakan satu hal dengan yang lainnya.
Contohnya, kalo manusia engga suka emas, dan lebih suka besi,
Harga besi pasti lebih mahal kan?


Kalo udah gitu, terus mau apa?
Yaah, kalo gw sih, setelah mikir kalo semua itu sama aja,
Gw rasa mending mengembangkan pendapat sendiri tentang mereka.
Misalnya, setelah ngeliat dunia kayak gini,
Gw mikir, tujuan gw hidup itu apa?
Jawaban gw,

"Untuk bersenang-senang dan bereksperimen dengan dunia
"Karena kalo cuma diikutin gitu aja,
"Dunia jadinya engga ada artinya buat gw."

Asyik kan?

Saturday, February 7, 2009

'Patience' by Guns N Roses

Hey.
I am confused.

I used to think I
have told you of my feelings.
Now I'm not so sure.

Maybe you won't read this at all.
And even if you do, you might not know that it is you I'm writing about.
But I'm gonna write this anyway.

Remember when I went to your house? With her?
(Hmm. Despite what I said above, I think you (and you) should have realized by now.)
I was very happy.
Although we did nearly nothing.
Just talked. Watched some TV.
Tried to watch that DVD. That abysmal-quality DVD, I suppose.
Ha ha.
But I had fun. Talking to you. Finding out where your house is.
Heh heh.
Really, I had fun.

Some weeks later we met again. At her birthday party.
(Right, you two should really realize it now.)
There I barely spoke with you.
Dunno.
But I remember when the talk began to be about relationships.
(Boyfriend, girlfriend. You know.)
I remember you said this.
"Wow, when am I going to have a boyfriend? Going to an all-girls school. Maybe in college."
When I heard that,
I looked at your face.
Was it real? Was that look you gave me real?
How I wish it was!
Did I have a chance? Was it just a desperate imagination?

I don't know about this.
We scarcely ever meet. Even on the net.
What keeps me thinking about you? What is this attachment I feel?
I don't understand this. I'm scared.

Maybe you think I'm not brave enough.
You're right. I'm not.
I'm not brave enough to ask you out.
I'm not brave enough to face a new kind of relationship.
I'm just a kid. That's it. I'm not grown up yet.
I've been telling myself
"Oh, we're both busy; what with the exams coming up and trying to get into college.
"Not now. Not yet."
Maybe it's right. Maybe not.
Maybe it's just my cowardice speaking.
Maybe after all this hassle about education, I will still find excuses.
But maybe not.
No matter. It'll work out either way.

For the time being,
I hope you can forgive me for this.

Just you wait, Love.

Wednesday, January 28, 2009

Bamboozlement.

He he he.

Gw udah mikirin ini dari lama. Berapa bulan yang lalu gitu.
Tapi dulu gw belom punya blog.
Sekarang udah.

Cahaya (yang bisa kita liat) itu gelombang elektromagnetik dengan frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Gw lupa tepatnya.
Sinar ultraviolet juga begitu. Frekuensi sama panjangnya aja yang beda, jadinya engga keliatan.
X-ray juga.
Sinar gamma juga.
Gelombang radio juga.
Gelombang mikro juga.

Waktu ini dijelasin di kelas, gw mengkhayal.
"Gimana ya kalo ada makhluk yang bisa ngeliat sinar ultraviolet ato gelombang radio? Manusia kan engga bisa. Tapi gimana kalo ada binatang (ato tumbuhan) yang bisa?"

Seru kan? Bayangin. Gimana rasanya ngeliat warna-warna yang belom pernah lo liat sebelomnya. Bukan sekedar ngeliat kombinasi baru dari warna-warna yang udah ada lho. Tapi ngeliat suatu warna yang sama sekali baru, sampe-sampe engga bisa dibayangin.

Dan, kayak biasa, begitu gw mengkhayal gini, melantur ke mana-mana.

Waktu itu perasaan gw kayak gini:

Lagu 'Bohemian Rhapsody' warnanya apa?
Warna merah rasanya kayak apa?
Tekstur rasa 'manis' kayak gimana?

Mungkin gw agak gila. Mungkin gw gila banget. Mungkin gw gila aja.

Tapi gw suka yang kayak gini!

Saturday, January 17, 2009

Relativity, subjectivity.

Yap. Terjadi lagi.

Gw nge-blank lagi. Kayak post ke-2 gw. Padahal udah lumayan lama kaga bikin entri. Tadi sih pengen, gitu, kayak ada niat 'ah nulis di blog ah,' tapi pas sekarangnya malah nge-blank.

Sial.

Oke, kalo gitu nulis soal relativitas aja ah.

Jadi ada koan (semacem teka-teki Zen) yang bunyinya:
"Kalo ada pohon tumbang di tengah hutan, dan engga ada orang yang denger, itu pohon tumbangnya berbunyi engga?"

Gw mau mencoba menjawab ini. Biarpun mungkin awalnya ini maksudnya adalah buat direnungkan secara pribadi, tapi gw mau berbagi hasil renungan gw soal ini. Ini nyerempet ke sains, jadi maaf kalo ada yang keberatan. Gak suka, komen aja.

Pertama kita liat hubungan bumi-matahari. Mana yang bergerak? Kalo nanya orang-orang sekolahan, biasanya sih pada bilang "Hahaha bego lo, ya bumi lah! Matahari kan diem aja!" Padahal sebenernya ya, kalopun bumi yang diem dan matahari yang bergerak, keliatannya sama aja. Gak akan ada bedanya. Yang bener adalah: matahari bergerak terhadap bumi; atau sebaliknya, bumi bergerak terhadap matahari. Ini prinsipnya si Einstein (kayaknya sih) yaitu semua gerak bersifat relatif. Kalo masih perlu penjelasan/contoh, nih; misalnya kita duduk samping temen di dalem mobil yang lagi jalan. Kita ngeliat temen kita diem, soalnya kita bergerak dengan kecepatan yang sama. Tapi orang di luar ngeliat temen kita itu (dan kitanya juga) bergerak kan?

Ini mau gw lanjutin sama prinsip Heisenberg ato siapa lah. Kayaknya sih Heisenberg. Tau ah. Pokoknya prinsipnya gini: kita engga bisa mengamati sesuatu tanpa memengaruhi sesuatu itu. Contoh: misalkan, misalkan kita mau liat sebuah atom. Perlu cahaya dong. Nah, cahaya itu kan energi, jadi kalo kita nyinarin itu atom supaya bisa kita liat, kita ngasih energi ke atom. Gerak deh. Terpengaruh kita kan? Ya kan? Jadinya posisi si atom berubah, kecepatannya berubah, dan kita jadi engga tau keadaan aslinya tanpa ada kita itu gimana.

Dari dua prinsip di atas, gw menyimpulkan bahwa segala sesuatu, termasuk sains, itu relatif dan subjektif. Tergantung pihak yang mengamati. Engga bisa 100% objektif. Tapi berlaku juga kebalikannya! Tanpa pengamat, tanpa subjek, tanpa objek lain sebagai patokan, segala sesuatu itu engga ada artinya, dan bisa dibilang engga ada.

Dengan itu, gw menjawab koan tadi. Kalo ada pohon tumbang di tengah hutan tanpa ada orang yang denger, engga bisa diketahui apakah pohon itu menimbulkan bunyi apa kaga. Dan engga penting. Bisa diabaikan. Anggep aja engga ada.

Setelah gw jawab gitu, terus gimana?

Gw hubungin sama manusia. Kita ngeliat orang lain secara subjektif. Kita ngukur tindakan orang lain berdasarkan diri kita. Misalnya gw. Ada yang beranggepan gw baik. Ada yang beranggepan gw kurang ajar. Sah-sah aja. Emang dunia cara kerjanya gitu kok. Yang penting buat gw adalah pemikiran gw, pendapat gw.

Dan pendapat gw tentang gw sendiri? Gw puas dengan diri gw yang sekarang.

PS: Ini pemikiran gw. Gw harap lo engga cuma ikut-ikutan. Maksudnya, gw sama sekali engga keberatan kalo lo berpendapat yang sama kayak gw, tapi gw akan kecewa kalo kesamaan itu lo dapet cuma karena lo baca ini, trus ngikut aja tanpa kontemplasi ato kritik. Ini pendapat subjektif gw. Gw harap lo juga punya pendapat subjektif lo sendiri, bukannya sekedar make pemikiran orang lain.

Thursday, January 8, 2009

Oedipus Complex? Ha! Ha!

Hmmmm.

Gw baru dari SMA Al-Izhar di Pondok Labu, ngecek tempat USM ITB bla bla itu lah. Dari sono gw pulang. Itu gw naik mobil, bareng bokap.

Kira-kira 15 menit setelah dari Al-Izhar, di radio ada orang ngomong "...wakil dari kelima agama di Indonesia mengadakan ibadah bersama...." ato apa lah semacem itu. Gw penasaran, terus nanya ke bokap. "Kenapa di Indonesia agama cuman 5?" Abis itu dijawab, katanya karena dulu wakil-wakil Indonesia pas bikin negara mengakuinya emang cuman 5 agama itu. Gw bales bilang, terus KENAPA cuman 5? Kalo ateis gimana?

Kata-kata bokap yang berikutnya bikin opini gw terhadap dia turun banget.

"Ateis ya engga dapet tempat di Indonesia. Engga sesuai dengan Pancasila."

Tuh. Gw debat dong, masa orang engga boleh bebas milih kepercayaan?
Abis itu dia bilang, "Bebas milih agama, tapi di antara 5 agama yang udah diakuin."
Gw bales, "Kalo gitu bukan bebas dong namanya!"
Dia bilang lagi, "Bebas, tapi engga sebebas-bebasnya."

Di situ gw stop. Kalo udah kayak gini, perdebatan sama bokap gw biasa berakhir dengan dia suaranya meninggi dan gw dimarahin. Dia orangnya emang gitu. Waktu itu pernah gw diskusiin pilihan jurusan kuliah gw entar. Gw pengennya kan masuk MIPA (fakultas sains yang menurut gw paling deket sama filsafat), tapi ditentang keras. "Kere kamu nanti," gitu katanya. Gw sih pengennya bilang "biarin lah" tapi gw rasa engga bakal diterima dengan baik. Akhirnya disuruh masuk Teknik Kimia. Hiiiii kimia. Sial.

Tapi, menurut gw, kalo bebas engga sepenuhnya, engga sebebas-bebasnya, bukan bebas namanya.